Monday, February 13, 2012

Makalah Gagal Ginjal Akut

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
ginjal adalah sepasang organ pada setiap sisi dari tulang belakang (spine) didalam perut bagian bawah. Setiap ginjal adalah kira-kira seukuran kepalan tangan. Melekat pada puncak dari setiap ginjal adalah suatu kelenjar adrenal. Suatu massa dari jaringan yang berlemak dan suatu lapisan luar dari jaringan yang berserat (Gerota's fascia) menyelubungi ginjal-ginjal dan kelenjar-kelenjar adrenal.
Ginjal-ginjal adalah bagian dari saluran air seni (kencing). Mereka membuat urin dengan mengeluarkan pembuangan dan kelebihan air dari darah. Urin berkumpul didalam suatu ruang berongga (renal pelvis) ditengah-tengah dari setiap ginjal. Ia mengalir dari renal pelvis kedalam kantong kemih melalui suatu tabung yang disebut suatu ureter. Urin meninggalkan tubuh melalui tabung lain (urethra).
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga.
Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.
Kerusakan yang terjadi bervariasi.
Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat bisa menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kelainan traumatic pada saluran kemih, maka disusunlah makalah yang berjudul tentang kelainan traumatic pada saluran kemih.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana traumatic pada ginjal ?
2.Bagaimana traumatic pada ureter ?
3.Bagaimana traumatic pada kandung kemih ?
4.Bagaimana traumatic pada uretra ?
5.Bagaimana traumatic pada penis ?
C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui tentang traumatic pada ginjal.
2.Untuk mengetahui tentang traumatic pada ureter.
3.Untuk mengetahui tentang traumatic pada kandung kemih.
4.Untuk mengetahui tentang traumatic pada uretra.
5.Untuk mengetahui tentang traumatic pada penis.
D.Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.Traumatik pada ginjal
B.Traumatik pada ureter
C.Traumatik pada kandung kemih
D.Traumatik pada uretra
E.Traumatik pada penis
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
KELAINAN TRAUMATIK PADA SALURAN KEMIH
A.Kelainan traumatic pada ginjal
a.Penyebab
Trauma saluran kemih 10-15 % trauma abdomen
Waspada trauma ginjal bila :
hematuria,
trauma tumpul/ tajam daerah kostovetebra
patah tulang iga.
b.Secara patologis trauma pada ginjal dapat dibagi atas:
Kontusio ginjal: + 80 % trauma tumpul ginjal. Perdarahan di parenkim ginjal tanpa kerusakan kapsul, kematian jaringan maupun kerusakan kaliks.
Laserasi ginjal: robekan parenkim mulai dari kapsul ginjal berlanjut sampai pelviokaliks.
Cedera pedikel ginjal: cedera pada arteri maupun vena utama ginjal ataupun cabang segmentalnya.
Grade 1 :
Kontusio renis
terdapat perdarahan di ginjal tanpa kerusakan jaringan, kematian jaringan maupun kerusakan kaliks
Hematuria dapat mikroskopik/ makroskopik
Pemeriksaan imajing normal
Grade 2
Hematom subkapsular atau perirenal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan parenkim.
Grade 3
Laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm
Tidak mengenai pelviokaliks
Tidak terjadi ekstravasasi.

Grade 4 :
Laserasi lebih dari 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin
Laserasi yang mengenai korteks, medulla, dan pelviokaliks
Grade 5 :
Cedera pembuluh darah utama
Avulsi pembuluh darah è gangguan perdarahan ginjal
Laserasi luas pada beberapa tempat
Ginjal yang terbelah
c.Gejala klinis :
• Mungkin tidak ditemukan tanda klinis
• Bengkak dan memar daerah pinggang (swelling & bruising renal angle).
• Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine,
• Dapat terjadi ileus.
• Respiratory distress akibat penekanan diafragma.
• Tahikardi dan hipotensi oleh karena hipovolemia
• Hematuri.
d.Diagnosis:
• Lab .urine, hematuri
• Intravenous pyelografi (IVP).
• USG.

e.Terapi :
Konservatif ( Conservative management).
Total bed rest.
Hemodinamik ( Nadi dan tekanan darah) di monitor
Evaluasi renal area adanya memar atau pembengkanan yang bertambah.
Produksi urine tiap hari di evalauasi.
Antibiotik dan analgesik.
Bedah (Surgical management), dilakukan bila:
- Terapi konservatif tidak membaik.
Trauma ginjal terbuka.
Traumanya berat dan ada pergeseran ginjal, Perdarahan yang tidak teratasi.
Dilakukan bersama-sama laparotomi.
B.Kelainan Traumatik Ureter
a.Penyebab :
Trauma tajam pada kasus multi trauma.
Cedera akibat operasi bedah atau operasi obstetry dan gynekologi.
b.Gejala :
Nyeri daerah ginjal akibat adanya sumbatan ureter
Olygouria / anuria.
Terjadi fistula, ureterovaginal fistula.
c.Diagnosis: IVP, USG.
d.Terapi :
• Parsial stenosis : dilatasi catater ureter.
• Eksplorasi, reseksi anatomose end to end.
C.Kelainan Traumatik Kandung Kemih / Bladder
a.Penyebab:
• Multiple trauma adalah penyebab paling sering menyebabkan cedera pada kandung kemih.
• Tindakan operasi : hysterektomi, operasi colon / rectum, operasi hernia / operasi vagina.
• Endoskopi.
• Spontan.
b.Gejala klinis
• Umum / general: Shock, Hipotensi, Tachicardi,Demam.
• Lokal: Peritonismus, bengkak dinding abdomen, Perdarahan uretra, Odem skrotum / labium, Tidak bisa buang air kecil
c.Diagnosis :
• Klinis: Riwayat tauma, tanda-tanda shock, tidak bisa buang air kecil, Hematuria.
• Radiology: Cystografi, foto polos abdomen dengan tanda-tanda fraktur pelvis, cystoscopy.
d.Terapi :
• Perbaikan hemodinamik
• Operasi
• Antibiotik
e.Komplikasi :
• Peritonitis
• Infeksi Pelvis dan kandung kemih
• Infeksi ginjal
• Infeksi scrotum dan epididimis
• Fistula .
• Osteitis pubis
D.Kelainan Traumatik Uretra
a.Penyebab :
• Batu uretra, benda asing
• Instrumentasi pada uretra.
• Trauma dari luar: Straddle injury, biasanya mengenai uretra anterior, Cedera tulang pelvis, mengenai uretra posterior.
• Persalinan lama
• Ruptur yang spontan (biasanya didahului oleh striktur uretra)
b.Gejala klinis
• Tergantung derajat kerusakan, dapat menyebabkan kesulitan atau tidak bisa buang air kecil.
• Perdarahan uretra, darah pada meatus uretra eksternus.
• Ruptur uretra posterior, pada rectal toucher ditemuka “floating prostat”.
c.Diagnosis: Foto Uretrografi.
d.Terapi: Sistosmtomi, tidak boleh dipasang kateter, Operasi uretroplasti.
E.Kelainan Traumatik Penis
a.Penyebab : Trauma tumpul / trauma tajam / terkena mesin pabrik.
b.Gejala klinis :Hematoma pada penis disertai rasa nyeri.
c.Diagnosis :Kavernosografi
d.Terapi :Operasi. ( Evakuasi hematome, penjahitan tunika albugenia).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga. Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.
Kelainan traumatic yang mengenai saluran kemih antara lain kelainan teraumatik pada ginjal, ureter, kandung kemih, uretra serta venis. Tanda klinis yang mungkin terjadi antara lain : (a)Mungkin tidak ditemukan tanda klinis. (b)Bengkak dan memar daerah pinggang (swelling & bruising renal angle).(c)Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine,(d)Dapat terjadi ileus.(e)Respiratory distress akibat penekanan diafragma.(f)Tahikardi dan hipotensi oleh karena hipovolemia, (g)Hematuri.
B.Saran
Kelainan traumatic pada saluran kemih seringkali tak disadari dan mungkin tidak meninggalkan tanda/gejala klinis. Namun apabila tanda dan gejala tersebut diatas anda alami maka penulis menyarankan untuk sepat memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-kemih/trauma-saluran-kemih.html


Posting by :
Intan Astriana Shani
05200ID09016
Tingkat II – A
AKPER PEMDA GARUT

makalah gagal ginjal akut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang brkembang cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400 ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi 400 ml /hari.dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-ologurik. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal kronik,yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin ginjal. Namun demikian , osteodistrofi ginjal dan anemiabukan merupakan gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena awitanya akut.
1.2 Rumusan Masalah
A.Apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal akut ?
B.Penyebab gagal ginjal akut?
C.Patofisiologi gagal ginjal akut?
D.Perjalanan klinis gagal ginjal akut?
1.3Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal akut
B. Untuk mengetahui Bagaimana Penyebab gagal ginjal akut
C. Untuk mengetahui Patofisiologi gagal ginjal akut D. Untuk mengetahui Perjalanan klinis gagal ginjal akut
1.4 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan metode kepustakaan, yaitu mencari sumber dari buku-buku maupun media elektronik (internet).

BAB II TINJAUAN TEORI 
2.1Pengertian Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), di sertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin). Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400 ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi 400 ml /hari.dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-ologurik. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal kronik,yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin ginjal. Namun demikian , osteodistrofi ginjal dan anemiabukan merupakan gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena awitanya akut. ARF merupakan sindrom klinis yang sangat lazim , terjadi pada sekitar 5 % pasien rawat inap dan sebanyak 30 % pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Beragam jenis komplikasi yang berkaitan dengan penyakit, obat, kehamilan, trauma, dan tindakan bedah dapat menyebakan ARF . berlawanan dengan gagal ginjal kronik , sebagian besar pasien ARF biasanya memiliki fungsi ginjal yang sebelumnya, dan keadaan ini umumnya dapat pulih kembali. Selain kenyataan ini, mortalitas akibat ARF sangat tinggi (sekitar 50%), bahkan dengan ketersediaan pengobatan dialysis, mungkin menunjukan penyakit kritis yang biasanya turut terkait. 2.2 Penyebab gagal ginjal akut Penyebab ARF umumnya dapat dipertimbangkan dalam tiga kategori diagnostic : Azotemia prarenal Azotemia pascarenal ( Kotak 49-1 ) Dan ARF instrintik KOTAK 49-1 Penyebab lazim gagal ginjal akut AZOTEMIA PRARENAL (PENURUNAN PERFUSI GINJAL) 1.Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute a.Perdarahan :operasi besar, trauma, pascapartum b.Dieresis berlebihan c.Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah, diare d.Kehilangan cairan dari ruang ketiga : lika bakar ,peritonitis, prankretitis 2.Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif a.Penurunan curah jantung: infrak miokardium , distritmia, gagal jantung b.Vasodilitasi perifer :sepsis anafilaksis obat anestesi, nitrat. c.Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati. 3.Perubahan hemodinamik ginjal primer a.Penghambat sintesis prostaglandin : aspirin dan obat NSAID lain. b.Vasodilatasi perifer: sepsis,nitrat c.Obat vasokonstriktor : obat alpa-adrenegrik (missal , norepinetrin, angiotensin II d.Sindrom hepatorenal. 4.Obstruksi vaskuler ginjal bilateral a.Stenosis arteri ginjal , emboli, thrombosis b.Thrombosis vena renalis bilateral Azotemia pascarenal (obstruksi saluran kemih) 1.Obstruksi utera 2.Obstruksi 3.aliran keluar kandung kemih 4.Obstruksi ureter bilateral 5.Kandung kemih neurogenik Gagal ginjal akut intrinstik 1.Nektrosis tubular akut a.Pascaiskemik Syok, sepsis, bedah jantungterbuka b.Nefrotoksik Neprotoksin eksogen Antibiotic Media kontras teriodenasi Logam berat Siklosporin Pelarut Neprotoksin endogen Pigmen indra tubular Protein intratubular Krista tubular Klafikasi inimenekankan bahwa pada kategori-kateg0 ri ketiga renal terjadi kerusakan parenkim ginjal yang cukup berat untuk menyebabkan kegagalan fungsi ginjal. Azotemia prarenal merupakan satu-satunya penyebab tersering azotemia akut > 50% kasus. Yang dapat menyebabkan terjadinya ARF tipe ATN. Petunjuk lazim penyebab pararenal ARF adalah iskemia ginjal yang lama akibat penurunan perfusi ginjal.
Penyebab pascarenal azotemia yang dapat menyebabkan ARF lebih jarang terjadi 5%daripada penyebab pararenel dan mengarah pada obstruksi aliran urin disetiap tempat pada saluran kemih. Pembesaran prostat merupakan penyebab tersering obstruksi aliran keluar kandung kemih.
Nekrosis tubular akut ATN merupakan lesi ginjal yang paling sering menyebabkan ARF 75%.ATN terjadi akibat iskemia ginjal yang terjadi dalam waktu lama atau akibat pemajanan terhadap neprotokin. Disebabkan penyakit vaskuler atau glomerular gijal primer atau hipertensi maligna secara berurutan dan juga disebabkan oleh stress seperti infeksi atau kehilangan cairan akibat muntah atau diare pada pasien gagal ginjal kronik atau gagal ginjal yang sedikit.
Penyebab netrotoksik pada ATN adalah netrotoksin eksogen maupun endogen yangmenyebabkan ARF tipe non-oligurik’ netrotoksin endogen mencakup hemoglobin, mioglobin, dan protein bence jones. Hemolisis eritrosit dengan lepasnya hemoglobin kedalam serum darah biasanya disebabkan oleh ketidakcocokan transfuse darah.

2.2.1 Patologi Nekrosis Tubular Akut
Istilah nekrosis tubular akut (ATN), biasanya digunakan baik untuk cedera ginjal iskemik maupun neprotoksik, sekalipun tidak mencerminkan sifat serta keparahan perubahan yang terjadi ditubulus.
Kerusakan pada tubulus pada ATN yang disebabkan oleh neprotoksin sangat berpareasi dan progonisisnya bervareasi sesuai dengan kerusakan tersebut. Kerusakan tubulus yang disebabkan oleh iskemia ginjal juga sangat bervareasi. Hal ini tergantung pada luas dan durasi penurunan aliran darahginjal dan iskemia. Kerusakan dapat berupa distruksi berbercak atau luas pada epitel dan membrane dan membrane basalis, atau nerkosis korteks.
2.2.2 Patofisiologi Gagal Ginjal Akut
Teori obstruksi tubulus menyatakan bahwa ATN mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nektronik dan bahan protein lainnya,yang kemudian membentuk silinder silinder dan menyumbat lumen tubulus. Obstruksi tubulus dapat merupakan factor penting pada ARF yang disebabkan oleh logam berat , etilen glikol,atau iskemia berkepanjangan. Meskipun demikian terdapat bukti bermakna pada distribusi aliran darah intrarenal dari kortek ke medulla selama hipotensi akut dan memanjang.hal ini dapat dilihat kembali pada ginjal normal, kira-kira 90%darah didistribusi ke korteks dan 10 % menuju kemedula.dengan demikian ginjal dapat memekatkan urine dan menjalankan fungsinya.
Iskemia atau nefrotoksin

Kerusakan sel tubulus
Penurunan aliran darah ginjal kerusakan glomerulus
Fase
Awal
Penurunan aliran darah
Glomerulus

Fase
Rumatan peningkatan hantaran obstruksi kebocoran penurunan ultrafiltra
NaCl kemakula densa tubulus nitrat si glomerulus
GB 49-1
Penurunan GPR

Kontruksi ateriol aferen merupakan dasar vaskuler dari penurunan nyata GPR. Iskimia ginjal dapat mengaktivasi system rennin angiotensin dan memperberat iskemia kortek setelah hilangnya rangsangan awal. Kadar rennin tertinggi ditemukan pada kortek luar ginjal, tempat terjadinya iskemia paling berat selama berlangsungnya ARF pada hewan maupun manusia. Iskemia akut yang berat atau berkepanjangan dapat menghabat sintesis prostaglandin ginjal tersebut. Penghambat prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat menurunkan RBF pada orang normal dan dapat menyebabkan ATN.
Unpan balik tubuloglomeruulus merupakan suatu phenomena saat aliran kenepron distal diregulasi oleh reseptor dalam macula densa tubulus distal, yang terletak berdekatan dengan ujung glomerulus apabila peningkatan aliran fitrat tubulus ke arah distal tidak mencukupi,kapasitas reabsorbsi tubulus distal dan duktus koligentes dapat melimpah dan menyebabkan terjadinya deplesi volume cairan ekstra sel.
Gambar 49-1 melukiskan sekema kombinasi berbagai factor yang terlibat dalam pathogenesis ARF.kejadian awal umum nya adalah gangguan iskemia atau nefrotoksin yang merusak tubulus atau glomeruli ,atau menurunkan aliran darah ginjal. Gagal gonjal akut kemudian menetap melalui beberapa mekanisme yang dapat terjadi atau tidak , dan merupakan akibat cedera awal.
2.2.2 Perjalanan Klinis Gagal Ginjal Akut
a.Oligurria
b.Diuresis
c.Pemulihan
Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini , tetapi harus di ingat bahwa gagal ginjal akut dan azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400 ml/jam.


STADIUM OLIGURIA
Penting sekali untuk mengetahui awitan oligiria, menentukan penyebabab gagal ginjal, dan mulai mengobati setiap penyebab yang reversible. ARF tipe ATN harus dibedakan dari kegagalan prarenal dan pascarenal dan kelainan intrarenal lainnya (contohnya, glomerulonefritis pascatreftokokus akut). Diagnosis gagal ginjal akut ditegakan setelah penyebab lainnya disingkirkan.
Obstruksi pascarenal harus disingkirkan terutama jika penyebab gagal ginjal tidak jelas. Adanya anuria atau periode anuaria yang diselingi periode berkemih dalam jumlah normal mengarah pada kemungkinan obstruksi. Obstruksi pada uretra dan leher kandung kemih dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi atau scan ginjal dengan radioisotope dan pielograpi retrograde.
Ultrasonografi dapat mengungkap ukuran ginjal dan dapat menunjukan adanya obstruksi batu pada pelfis ginjal atau ureter. Scan radiosotop dapat dipakai untuk menilai keadaan pembuluh darah utama ginjal dan utama ginjal dan berguna jika dicurigai terdapat oklusi arteri atau vena Obstruksi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gagal ginjal instrinsik yang sering kali irreversible. Penanganannya dengan segera mengatasi obstruksi. Yang terakhir, oligurea pararenal adalah keadaan yang paling sering menyebabkan ARF dan harus dibedakan dengan ATN.

OLIGURIA PRARENAL VERSUS ATN
Oliguria prarenal dan azotemia merupakan keadaan fisiologis dan sebenarnya reversible. Ke adaan ini disebabkan oleh syok, penurunan volume plasma dengan konsekuensi penurunan aliran darah ginjal dan GPR. Oliguria dapat terjadi akibat salah satu penyebab prarenal gagal ginjal akut seprti yang telah dibahas sebelumnya. Bila tidak dibatasi , oliguria dapat berkembang menjadi ATN.
TABEL 49-1
Petunjuk pada Azotemia Prarenal dan Gagal Ginjal Akut
Uji laboratorium azotemia prarenal nekrosis tubular akut

Kadar Na+ urine <10mEq/L >20mEq/L
Rasio urea urine/plasma >40:1 ` <20:1 Rasio urea urine/plasma >80:1 <3:1 FEna (%) <1 >1
Rasio kreatinin/BUN >10:1 sekitar 10:1
Osmolalitas urine >500mOsm mendekati 287
mOsm
(tetap)
Rasio osmolalitas >2:1 <1,1:1 Urine/plasma Berat jenis urine >1,015 mendekati 1,010 (tetap)
Sedimen urine normal silinder, sel, debris

Beberapa pemeriksaan sederhana pada sedimen dan senyawa kimia dari urine dapat membantu membedakan oliguria prarenal atau azonemia dari gagal ginjal akut sejati tipe ATN (table 49-1).
Reabsorpsi oleh ginjal di nilai dari kadar zat terlarut yang tidak dapat direabsorbsi , seperti kreatinin, dan biasanya dinyatakan sebagai rasio kadar kreatinin urine terhadap plasma (kreatinin U/P).
Rasio urea U/P adalah lebih dari 8 pada oligurea pratenal dan kurang dari 3 pada ATN. Rasio U/P agak lebih rendah dari pada rasio kreatinin, karena ada sedikit disfusi kembali dari urea tetapi tidak kreatinin. Dengan demikian U/P lebih tepat dalam mencerminkan reabsorpsi air pada nefron.
Osmolalitas berat jenis urin,dan rasio osmolalitas U/Padalah petunjuk-petunjuk tambahan mengenai kemampuan ginjal dalam mengendalikan air.
Kadar natrium dan rasio kreatinin U/P adalah petunjuk yang paling dapat dipercaya dalam membedakan azotemia prarenal dengan ATN. Ekskresi fraksional dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

FENa = UNa / PNa X PCr / UCr X 100 %
UNa = kadar natrium urine dalam mEq/L
PNa = kadar natrium plasma dalam mEq/L
UCr = kreatinin urine dalam mg/dl
PCr = kadar kretinin plasma dalam mg/dl.

STADIUM DIURESIS
Stadium dieresis gagal ginjal akut dimulai bila keluaran urine meningkat sampai lebih dari 400 ml per hari Rasio urea urine/plasma. Stadium ini biasanya berlangsung 2 sampai 3 minggu. Pengeluaran urine harian jarang melebihi 4 liter ,asalkan pasien itu tidak mengalami hidrasi yang berlebihan. Volume urine yang tinggi pada stadium dieresis ini agaknya karena dieresis osmotic akibat tingginya kadar urea darah, dan mungkin juga disebabkan masih belum pulih nya kemampuan tubulus yang sedang pada masa penyembuhan untuk mempertahankan garam dan air yang difiltrasi.
STADIUM PENYEMBUHAN
Stadium penyembuhan gagal ginjal akut berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik. Tetapi beberapa pasien tetap menderita penurunan GPR yang permanen. Sekitar 5% pasien membutuhkan dialysis untuk waktu yang lama atan transplantasi ginjal, sebanyak 5% pasien yang lain mungkin mengalami penurunan fungsi ginjal yang progresif.
Meskipun kerusakan epitel tubulus secara teoritis reversible , ATN merupakan keadaan stadium oliguria , dan sepertiga pasien ATN meninggal selama stadium dieresis.
PENANGANAN NEKROSIS TUBULAR AKUT (ATN)
Pencegahan cedera iskemik dan nefrotoksik penyebab ATN membutuhkan pengawasan ketet untuk mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler, dan mempertahankan volume ECF , terutama pada pasien yang memiliki factor resiko atau yang menjalani pengobatan neprotoksik. Pengobatan yang menurunkan resistensi dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi ginjal atau mengenai respon autoregulasi ginjal, Dan juga harus digunakan secara hati- hati.
Setelah ditegakannya diagnosis ATN , maka pertimbangan primer adalah mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan penanganan setiap komplikasi misalnya infeksi. Dialisis menggantikan fungsi ginjal hingga tubulus ginjal mengalami regenerasi dan fungsi ginjal menjadi pulih. Indikasi absolute untuk dialysis adalah adanya gejala dan tanda sindrom uremik, hiperkalemia, retensi urine, dan asidosis berat.penggantian ginjal secara terus menerus juga dapat digunakan dalam pengobatan ARF, baik hemofiltrasi maupun hemodiafiltrasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia..
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.

3.2 Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan.
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1.Anderton,J.L,dkk.1992.Nefrologi.Jakarta:Hipokrates
Price,SA.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
2 Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis KeperawatandanMasalahKolaboratif,ed.2,EGC,Jakarta,1999.
http://keperawatankita.wordpress.com/2009/02/13/gagal-ginjal-akut/

Sunday, February 12, 2012

Melihat Kepribadian Seseorang berdasarkan Golongan Darah (+Komik Lucu)


Sebagai informasi buat Kamu ternyata di Jepang , ramalan tentang seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa? Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Mmmhh... masuk akal juga, oke untuk mengetahui detail kepribadian masing-masing golongan darah, berikut penjelasannya (+ Komik Lucu).


SIFAT SECARA UMUM
A : Terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (karena perfeksionis) yang kadang bikin org mudah sebel, kecenderungan politik: ‘destra’
B : Nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: ’sinistra’
O : Berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yang detil, kecenderungan politik: ‘centro’
AB : Unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik


BERDASARKAN URUTAN
Yang paling gampang ngaret soal waktu:
1 B (karena nyantai terus)
2 O (karena flamboyan)
3 AB (karena gampang ganti program)
4 A (karena gagal dalam disiplin)

Yang paling susah mentolerir kesalahan orang:
1 A (karena perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2 B (karena easy going tapi juga easy judging/gampang menuduh/menghakimi)
3 AB (karena asal beda)
4 O (easy judging tapi juga easy pardoning/gampang meminta maaf)

Yang paling bisa dipercaya:
1 A (karena konsisten dan taat hukum)
2 O (demi menjaga balance)
3 B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4 AB (mudah ganti frame of reference)

Yang paling disukai untuk jadi teman:
1 O (orangnya sportif)
2 A (selalu on time dan persis)
3 AB (kreatif)
4 B (tergantung mood )

Kebalikannya, teman yang paling disebelin/tidak disukai:
1 B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2 AB (double standard)
3 A (terlalu taat dan scrupulous)
4 O (sulit mengalah)


MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN
Yang paling mudah kesasar/tersesat:
1 B
2 A
3 O
4 AB

Yang paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
1 O (jago olah raga)
2 A (persis dan matematis)
3 B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo , renang dan gulat jepang bergoldaro)
4 AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yang paling banyak jadi direktur dan pemimpin:
1 O (karena berjiwa leadership dan problem-solver/penyelesei masalah) hahahaha amiiinnnn.... golongan darah admin nih
2 A (karen berpribadi ‘minute’ dan teliti)
3 B (karena sensitif dan mudah ambil keputusan)
4 AB (karena kreatif dan suka ambil resiko)

Yang jadi PM jepang rata2 bergolongan darah: O (berjiwa pemimpin)
Mahasiswa Tokyo University pada umumnya bergol darah: B
Yang paling cocok jadi MC: A (kaya planner berjalan)

Yang paling gampang nabung:
1 A (suka menghitung bunga bank)
2 O (suka melihat prospek)
3 AB (menabung karena punya proyek)
4 B (baru menabung kalau punya uang banyak)

Yang paling kuat ingatannya
1 O
2 AB
3 A
4 B


MENYANGKUT KESEHATAN
Yang paling panjang umur:
1 O (gak gampang stress, antibodynya paling joss!)
2 A (hidup teratur)
3 B (mudah cari kompensasi stress)
4 AB (amburadul)

Yang paling gampang gendut:
1 O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi) hahaahha.... bener banget nih....
2 B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3 A (hanya makan apa yang ada di piring, terpengaruh program diet)
4 AB (makan tergantung mood, mudah kena anoressia)

Paling gampang digigit nyamuk adalah golongan dara: O (darahnya manis)

Yang paling gampang flu/demam/batuk/ pilek:
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB (lemah terhadap hygiene)
3 O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4 B (makan, tidur nggak teratur)

Apa yang dibuat pada acara makan2 di sebuah pesta:
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging2an)
A (ngambil yang berimbang 4 sehat 5 sempurna)
B (suka ambil makanan yang banyak kandungan airnya seperti sup, soto, bakso dsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, ‘aji mumpung’)

Yang paling cepat botak:
1 O
2 B
3 A
4 AB

Yang tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin:
1 B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2 AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3 A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4 O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)

Yang paling cepet tertidur:
1 B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
2 O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah kena ngantuk)
3 AB (tergantung kehendak)
4 A (tergantung aturan dan orario)

Penyakit yang mudah menyerang:
A (stress, majenun/linglung)
B (lemah terhadap virus influenza , paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut) ini juga bener...
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

Apa yang perlu dianjurkan agar tetap sehat:
A (Karena terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, gak usah terlalu tegang dan serius)
B (Karena terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (Karena daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (Karena gampang capek, maka perlu cari kegiatan yang menyenangkan dan bikin lega).

Yang paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian)
1 A
2 B
3 O
4 AB

Nah, berikut komik lucu yang menggambarkan keempat golongan darah tersebut, pleasae enjoty Veroholic :)



Tipe Golongan Darah A Secara Keseluruhan:



Tipe Golongan Darah B Secara Keseluruhan:



Tipe Golongan Darah O Secara Keseluruhan:



Tipe Golongan Darah AB Secara Keseluruhan:



Mengenai Ketepatan Dalam Membuat Janji Ketemu:

Jika Digambarkan Dalam Mencari Tempat Dalam Ruangan:



Dalam Mendapatkan Perintah dari Orang Lain:

Kalau Lagi Ng-gosipin Orang:



Bagaimana? ada banyak kemiripan dengan kepribadianmu masing-masing???

ASKEP Distres Spiritual


ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL

Pengertian :
  • Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
  • Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
  • Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

Patofisiologi :
  • Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
  • Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
  • Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
  • Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
  • Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi.
  • Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
  • Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
  1. Hubungan dengan diri
  1. Ungkapan kekurangan
  1. Harapan
  2. Arti dan tujuan hidup
  3. Perdamaian/ketenangan
  4. Penerimaan
  5. Cinta
  6. Memaafkan diri sendiri
  7. Keberanian
  1. Marah
  2. Kesalahan
  3. Koping yang buruk
  1. Hubungan dengan orang lain
  1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
  2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
  3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
  4. Mengungkapkan pengasingan diri
  1. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
  1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
  2. Tidak tertarik dengan alam
  3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
  1. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
  1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
  2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
  3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
  4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
  5. Tiba-tiba berubah praktik agama
  6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
  7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
  • Pengkajian Fisik ® Abuse
  • Pengkajian Psikologis ® Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
  • Pengkajian Sosial Budaya ® dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).

Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) :
  • F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
  • I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
  • C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
  • A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
  • Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
  • Perasaan ketika seseorang gagal
  • Perasaan tidak stabil
  • Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
  • Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
  • Perasaan hampa

Faktor Predisposisi :
  • Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
  • Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi :
  • Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
  • Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

Penilaian Terhadap Stressor :
  • Respon Kognitif
  • Respon Afektif
  • Respon Fisiologis
  • Respon Sosial
  • Respon Perilaku

Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
  1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
  2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
  3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
  4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
  5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

PSIKOFARMAKA :

  • Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima

Diagnosa :
  • Distters Spritual

Intervensi :
  • Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
  • Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.


RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL
Nama Klien :
Ruang :

No.
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Rasional
Tujuan
Kriteria Evaluasi







1
2
3
4
5


Distres spritual
TUM :
Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermakna
TUK I :
Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.












    1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.












      1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip dan teknik komunikasi terapeutik :
  1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
  2. Perkenalkan diri dengan sopan
  3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
  4. Jelaskan tujuan pertemuan
  5. Jujur dan menepati janji
  6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
  7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien



TUK 2 :
Setelah satu kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya.
2.1 Klien mampu
  1. Mengungkapkan harapan masa depan yang positif.
  2. Mengungkapkan arti hidup
  3. Mengungkapkan optimis
  4. Mengungkapkan keyakinan dalam diri
  5. Mengungkapkan keyakinan kepada orang lain
  6. Menentukan tujuan hidup
2.1.1 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan menunjukkan empati.
2.1.2 Menggunakan alat untukmemonitor dan mengevaluasi spiritual well-being sebagai pendekatan
2.1.3 Mendorong individu untuk melihat kembali masa lalu dan memfokuskan pada kejadian dan hubungan yang memberikan kekuatan dan dukungan spiritual
2.1.4 Rawat klien dengan bermartabat dan hormat dengan cara menghargai pendapat dan keyakinan klien.
2.1.5 Dorong partisipasi dalam hubungan dengan anggota keluarga, teman dan orang lain.
2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan spiritual
2.1.7 Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual sesuai dengan keyakinan yang dianut.



TUK 3 :
Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal penting yang memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.
    1. Klien mampu
  1. Mencintai diri sendiri dan orang lain dengan mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri maupunorang lain
  2. Berdoa menurut keyakinannya masing-masing
  3. Melakukan ibadah
  4. Berpartisipasi dalam upcara keagamaan
  5. Berpartisipasi dalam pengobatan
  6. Berinteraksi dengan tokoh agama
  7. Berhubungan dengan diri sendiri orang lain yang
  8. Berhubungan dengan orang lain
  9. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan
      1. Berbagai keyakinan tentang arti dan tujuan dengan perawat
      2. Diskusikan manfaat spiritual
      3. Beri kesempatan untuk mendiskusikan berbagai hambatan yang dirasakan dalam menjalankan keyakinan
      4. Bersikap terbuka dan menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang dikatakan individu
      5. Dorong klien berdoa secara individu



TUK 4 :
Setelag tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang spiritual
    1. Klien mampu
  1. Melakukan ADL
  2. Melaksanakan keyakinannya sesuai dengan perannya
  3. Mengungkapkan perasaannya terkait dengan keyakinannya
  4. Mengontrol aktifitas spiritualnya
  5. Memilih pelayanan spiritual yang diperlukan
      1. Mendorong klien untuk menulis dalam daftar kegiatan hariannya setiap hari untuk mengekpresikan pemikiran dan saran refleksi.
      2. Menyediakan musik, literatur, radio atau program TV spritual secara individu
      3. Terbuka terhadap pernyataan individu terhadap kesepian dan kekuatannya
      4. Dorong menggunakan sumber-sumber spiritual seperti tokoh-tokoh agama, literatur-literatur atau buku yang sesuai dengan keyakinan, tersedianya tempat-tempat beribadah dan alat-alat dalam menjalankan ritual keyakinannya.
      5. Menyerahkan ke tokoh agama yang pilih
      6. Gunakan teknik klarifikasi untuk membantu individu mengklarifikasi keyakinan dan nilai
      7. Mendengarkan perasaan individu
      8. Menunjukkan empati
      9. Fasilitas individu untuk meditasi, berdoa, tradisi religius lainnya dan ritual
      10. Dengarkan dengan hati-hati komunikasi individu dan mengembangkan waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan
      11. Yakinkan individu bahwa perawat akan mendukung individu pada saat menderita/masa kulit
      12. Terbuka kepada individu tentang sakit dan kematian
      13. Bantu individu untuk mengungkapkan dan mengurangi kemaharan.


STRESS MANAGEMENT

Stress :
  • Setiap hari dampak dari kehidupan.
  • Stress bisa baik.
  • Stress yang berlebihan dapat membahayakan

Positive Stess Results :
  • Lebih konsentrasi lagi
  • Increases performance
  • Memberikan energi untuk termotivasi lagi

Negative Stress Results :
  • Loss of motivation
  • Kurang efektif
  • Physical, mental and behavioral problems

What Stresses You Out ?
  • Money
  • Traffic
  • Health/Medical issues
  • Lack of Free time
  • Relationship : family & friends
  • Job related stress :
  • Work load
  •  

Stress Signs
Physical Stress Signs :
  • Increased heart rate/ Increased blood preassere
  • Muchles tightening
  • Cold clammy hands
  • Fatigue
  • Sleepleeness
  • Longer recovery from injury
  • Stomach or bowel upset
  • Headaches
  • Backaces
  • Change in eating habiths : lost of appetite/overeating
  • Restlessbes/irrutabillity
  • Increased illness

Mental Stress Signs
  • Anxiety
  • Forgetfulness
  • Depression
  • Apathy/lack of interest
  • Confucion
  • Lowered sel esteem
  • Increased anger
  • Exessive fear
  • Worry
  • Decreased self-confidence

Behavioral Signs fo Stress
  • Hostility
  • Iriitability
  • Under/over eating
  • Decreased ability to concentrate
  • Memory problems/forgetfulness
  • Frequent use of cigarettes or alcohol
  • Clumsiness
  • Withdrawal form usual activities
  • Poor performance
  • Absenteeism
  • High accident raes
  • Making moro mistakes

Impact of Stress
Impact on health of an individual
  • Back pain
  • Headaches
  • Stomachahes
  • Ulcers
  • High Blood Preassure
  • Heart Attack or Stroke
Impact on the health of an organization
  • Increased health insurance costs
  • Lost work days
  • Stress related workfes compensation claims
  • Lower Productivity
Over 75 % of industrial accidents are rooted in stress.

How To Manage Stress
Mental Tehcniques
  • Time management
  • Organize
  • Problem solving attitude
  • Think Positive
Pengalihan
  • Music
  • Hobbies
  • Play
  • Learning
  • Vacation

Phyrical Techniques
  • Body scan – relax – let go
  • Deep breathing
  • Exercise
  • Meditation
  • Nutrition
  • Rest
  • Laughter

Workplace Skills
  • Delegate
  • Anticipate problems
  • Be assertive
  • Organize
  • Balance work and personal time

Organizational Stress Management Initiatives
Organisational Inititives
  • Improvements in the physical work environment
  • Changes in Job design
  • Changes in workloads an deadlines
  • Changes in work schedules
  • More flexible hours
  • Increased employee participation
  • Team building
  • Time management workshops
  • Job burnout workshops
  • Training in relaxtion techniques
  • Career counseling

MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Standar Asuhan Keperawatan Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
  1. Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
  1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Nanda, 2005).
  2. Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 1998)
  3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua beresiko mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak mempunyai kemampuan secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et, all, 2006).

  1. Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif
Pengkajian :
  1. Pengkajian Fisik
Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan punggung, peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan pada daerah lambung, suara yang bernada tinggi, mual, muntah, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan frekwensi berkemih, gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan dilatasi pupil.
  1. Pengkajian Psikologis
Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan, kehilangan kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan motivasi, ketidakmampuan memenuhi peran yang diharpakan (mengalami ketegangan peran, konplik peran), mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis, suka berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005).
  1. Pengkajian Sosial Budaya
Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi budaya terhadap nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang berbeda, atau adanya rasisme dimana terdapat perbedaan pencapaian individu dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa lebih tinggi (Stuart, 2007).
  1. Pengkajian Spritual
Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri. Apakah keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengkajian spiritual ini berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa dirasakan ketika seseorang mengalami kegagalan, perasaan tidak stabil, ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan hampa.

  1. Diagnosa Keperawata
  2. Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
  1. Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan keluarganya sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya.
Tujuan Khusus :
  1. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
  2. Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif
  3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi masalahnya

Tindakan Keperawatan :
  1. Bina hubungan saling percaya
  1. Mengucapkan salam terapeutik
  2. Berjabat tangan
  3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
  1. Kaji status koping yang digunakan klien
  1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya
  2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku yang tidak menyenangkan
  3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
  4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang dibutuhkan.
  1. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
  1. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi.
  2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan pandangan realistis.
  1. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri
  1. Apa yang positif pada dirinya
  2. Apa yang perlu ditingkatkan
  3. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement
  1. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
  1. Identifikasi masalah yang dirasakan
  2. Identifikasi penyebab masalah
  3. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
  4. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
  5. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
  6. Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil
  1. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :
  1. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial
  2. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
  3. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif
  4. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor
Tindakan keperawatan untuk keluarga
  1. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada anggota keluarganya.
  1. Tujuan Khusus
  1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
  2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada anggota keluarganya.
  3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak etektif
  4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah koping individu tidak efektif
  5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
Tindakan Keperawatan
  1. Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
  2. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
  3. Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
  4. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara :
  1. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
  2. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
  1. Bicara dengan orang lain
  2. Melakukan aktivitas yang konstruktif
  3. Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
  1. Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
  2. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat ditangani dirumah.

Terapi Spesialis
  1. Terapi Individu
  1. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
  2. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang lain.
  3. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
  1. Terapi Keluarga
  1. Family psychoeducation theraphy
  2. Family system therapy
  1. Terapi leompok : Group psycotherapy
  2. Terapi komunitas : case management

MEKANISME KOPING

  • Fokus pada masalah
  • Negosiasi
  • Konfrontasi
  • Minat nasehat
  • Fokus pada kognitif
  • Banding dengan secara positif
  • Abaikan yang negatif
  • Subtitusi
  • Fokus pada emosi
  • Ego defence

  1. Faktor Predisposisi
  1. Biologik
    • L.B. Genetik
    • Kesehatan
    • Terpapar Racun
  1. Psikologik
    • IQ
    • Moral
    • Koping
    • Konsep Diri
    • Kepribadian
    • Pengalaman lalu
    • Keterampilan verbal
  1. SOS. BUD
    • Umur
    • Pendidikan
    • Pekerjaan
    • Pendapatan
    • L.B. Bud-Sos
    • Agama
    • Politik
    • HAM, Status sosial

  1. Faktor Prespitasi (Stressor)
  1. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu energi ® tensi dan stres.
  2. Yang penting tentang stresor :
    • Sifat : bio, psiko, sos-bud
    • Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
    • Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
    • Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu

  1. Penilaian Primer terhadap Stresor
Evaluasi terhadap kemaknaan dari kejadian terhadap individu.
  1. Kognitif
    • Pemilihan koping
    • Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku
    • Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan
    • Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :
      • Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta dan kontrol diri dan lingkungan.
      • Sumber untuk toleransi

  1. Penialian Sekunder
  1. Kognitif
    • Kemampuan koping
    • Efektifitas koping
    • Koping yang tersedia
  1. Afektif
    • Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak percaya, antisipasi, surprise.
    • Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas
    • Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)
    • Sikap (attitude) : jika lama
  1. Fisiologik : berkaitan dengan homron
  2. Perilaku :
Menurut capian 4 fase :
    • Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful
    • Perilaku yang memerlukan kemamuan baru
    • Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan
    • Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal
  1. Sosial : significant others
    • Evaluasi dukungan sosial
    • Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa

Sistem Dukungan Sosial
Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan, masyarakat), perawat dan tim kesehatan.

5 fungsi sistem dukungan emosional
  1. Dukungan emosi (emotional support)
  2. Membantu menyelesaikan masalah
  3. Memberi umpan balik dan evaluasi
  4. Hubungan sosial dan integrasi
  5. Sumber informasi

4 penilaian sekunder terhadap sumber koping
Sumber Koping
  1. Mechanic :
  1. Model ekonomi
  2. Tekanan koping
  3. Kemampuan dan keterampilan
  4. Dukungan sosial
  5. Motivasi
  1. Lazarus & Folkam
  1. Kesehatan dan tenaga
  2. Keyakinan positif
  3. Sumber sosial dan materi
  4. Keterampilan sosial
  5. Keterampilan penyelesaian masalah :
  1. Cari info
  2. Indentifikasi maslah
  3. Nilai alternatif
  4. Laksanakan rencana
  1. Antonousky
  1. Kekuatan ego
  2. Konsisten
  3. Stabil
  1. Budaya
  2. Agama
  3. Sistem Nilai
  4. Keyakinan

ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI : BODY IMAGE

Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara tentang keutuhan dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang lalu tentang perasaan bentuk tubuh, ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen, 1991).

Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan sosiokutural.
  1. Faktor Biologis
Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.
  1. Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing dan impuls primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator antara id dan super ego ® konflik emosional id dan super ego. Warning ego tentang bahaya ® timbul gangguan BODY IMAFGE.
  1. Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku ® Frustasi ® Konflik salah satu konfliknya adalah BODY IMAGE.

Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
  1. Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse dimasa………. (Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
  1. Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa disebabkan oleh keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari faktor presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor

Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua dan sosial, dan yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan valid….dengan melakukan hubungan teurapeutik dengan klien.

Sumber Koping
  • Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien. Jika ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
  • Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan keyakinan positif terhadap stressor.

Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan body image
  • Koping tidak efektif
  • Berduka

Intervensi dan Implementasi
  1. Identifikasi dan ekpresi
®
Dengarkan
¯
Empat
  1. Pecahan masalah
®
Alternatif …
¯
Tidak berbahaya
  1. Perilaku & hati
®
Identifikasi kembali
¯
Penilai Klien terhadap body image
  1. Evaluasi diri
®
Percaya diri
¯
Kemampuan diri
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
MASALAH PSIKOSOSIAL
(REVISI)

  1. INFORMASI UMUM
Inisial Klien :
Usia : (Tahun)
Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku :
Bahasa Dominan :
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Janda/Duda
Alamat : Cimalaka

  1. KELUHAN UTAMA
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

  1. PENAMPILAN UMUM
  1. Fisik
Oksigenasi
Tanda-tanda Vital : TD : P : Vd : T :
Ritme :
Kedalaman :
Nutrisi
Berat badan :
Tinggi badan :
Pola makan : [ ] Satu kali sehari [ ] Dua kali sehari
[ ] Tiga kali sehari [ ] > 3 kali sehari
Alergi : [ ] Tidak ada [ ] Ada, __________
Eliminasi
Pola BAB/BAK : [ ] Baik [ ] Terganggu
Nyeri : [ ] Ada [ ] Tidak ada
Aktivitas dan Istirahat
Pelaksanaan ADL : [ ] Total [ ] Parsial [ ] Suportif
Pola Tidur : [ ] Baik [ ] Terganggu, __________
Kebiasaan sebelum tidur : [ ] Baca [ ] Mematikan lampu
[ ] Lain-lain ______________________
Proteksi
Status Imunisasi : [ ] Lengkap [ ] Tidak lengkap

Riwayat pengobatan fisik
________________________________________________________
________________________________________________________

Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Visum/dll
________________________________________________________
________________________________________________________

Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________

  1. Penampilan
  1. Cacat Fisik
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
  1. Kontak Mata
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
  1. Pakaian
[ ] Tidak rapi, jelaskan _________________________________
[ ] Penggunaan tidak sesuai _____________________________
  1. Perawatan Diri
Jelaskan _____________________________________________
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________________

  1. KELUARGA
  1. Genogram







  1. Tipe keluarga
[ ] Nuclear family [ ] Diad family
[ ] Extended family [ ] Single parent family
  1. Pengembailan Keputusan
[ ] Kepala orang tua [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Bersama-sama
  1. Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
[ ] Kepala keluarga [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Anak
[ ] Lain-lain, sebutkan :
  1. Kebiasaan yang dilakukan berasma keluarga
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________


  1. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________

Diagnosa Keperawatan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

  1. RIWAYAT SOSIAL
  1. Pola Sosial
  1. Teman/orang terdekat
_____________________________________________________
  1. Peran serta dalam kelompok
_____________________________________________________
_____________________________________________________
  1. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
_____________________________________________________
_____________________________________________________

  1. Obat-obatan yang dikonsumsi
  1. Adakah obat herbal/obat lain yang dikonsumsi diluar resep
_____________________________________________________
  1. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
_____________________________________________________
  1. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
_____________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
________________________________________________________
________________________________________________________
  1. KULTURAL DAN SPIRITUAL
  1. Agama yang dianut
  1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaanya?
___________________________________________________________________________________________________________
  1. Apakah klien mengalmi gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
___________________________________________________________________________________________________________
  1. Adakah pengaruh spritual terhadap koping individu
___________________________________________________________________________________________________________

  1. Budaya yang diikuti
Komunikasi
Non Verbal
Perilaku
[Ö]
Perilaku
[Ö]
Perilaku
[Ö]
Kontak mata

Mencegah kontak mata

Penuh kasih sayang

Merangkul

Sentuhan

Ekspresif

Hangat

Orientasi pada orang lain

Pemalu

Sopan

Pendiam

Senyum dan anggunkan


Nada
Perilaku
[Ö]
Perilaku
[Ö]
Perilaku
[Ö]
Keras

Animated

Tenang

Muluk-muluk

Keras pada pesan penting

Ekpresif

Berubah sesuai emosi

Lembut

Hormat

Jarak Fisik
[ ] 2-3 jengkal tangan [ ] lebih dari 2-3 jengkal tangan
Jelaskan
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Diagnosa keperawatan
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

PENGKAJIAN ANSIETAS

  1. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
___________________________________________________________________________________________________________________________
  1. Keluhan fisik
___________________________________________________________________________________________________________________________
  1. Alam perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
  1. Mekanisme koping
Adaptif
[Ö]
Adaptif
[Ö]
Bicara dengan orang lain

Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah

Reaksi lambat/cepat

Teknik relaksasi

Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif

Menghindar

Olahraga

Mencederai diri

Lain-lain :

Lain-lain :


Diagnosa Keperawatan :
___________________________________________________________________________________________________________________________

PENGKAJIAN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

  1. Kehilangan yang pernah dialami
___________________________________________________________________________________________________________________________
  1. Respon terhadap kehilangan
[ ] mengingkari [ ] depresi
[ ] marah [ ] penerimaan
Tawar menawar
  1. Mekanisme koping
Adaptif
[Ö]
Adaptif
[Ö]
Bicara dengan orang lain

Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah

Reaksi lambat/cepat

Teknik relaksasi

Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif

Menghindar

Olahraga

Mencederai diri

Lain-lain :

Lain-lain :


Diagnosa Keperawatan :
___________________________________________________________________________________________________________________________

PENGKAJIAN GANGGUAN CITRA TUBUH

  1. Keluhan Fisik
___________________________________________________________________________________________________________________________

  1. Alam Perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan

  1. Konsep Diri
  1. Citra tubuh :
_____________________________________________________________________________________________________________________
  1. Identitas
_____________________________________________________________________________________________________________________
  1. Peran
_____________________________________________________________________________________________________________________
  1. Ideal diri
_____________________________________________________________________________________________________________________