Thursday, April 26, 2012


LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBINEMIA (IKTERUS NEONATORUM)

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA (IKTERUS NEONATORUM)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / Pengertian
Hiperbilirubinemia / Ikterus neonatorum) adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning ( Ngastiyah, 1997).
2.Epidemiologi ( insiden kasus )
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian.
3. Klasifikasi
Ikterus neonatorum dibagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis ( Ngastiyah,1997).
a. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987, Ngastiyah, ):
• Timbul pada hari ke2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6.
• Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
• Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
• Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu
 Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik.

b. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis.
Karakteristik ikterus patologis (Ngastiyah,1997 ) sebagai berikut :
 Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari ( pada bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
 Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
 Bilirubin direk lebih dari 1mg%.
 Peningkatan bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
 Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD, dan sepsis).
Ada juga pendapat ahli lain tentang hiperbilirubinemia yaitu Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

4. Penyebab ( Faktor Predisposisi )
a.Penyebab Ikterus fisiologis
- Kurang protein Y dan Z
- Enzim glukoronyl transferase yang belum cukup jumlahnya.
b.Penyebab ikterus patologis
1) Peningkatan produksi :
• Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
• Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
• Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
• Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
• Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
• Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
• Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2) Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine, sulfonamide, salisilat, sodium benzoat, gentamisisn,dll.
3) Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Sifilis, rubella, meningitis,dll.
4) Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5) Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif, hirschsprung.
5 . Patofisiologi Ikterus
Untuk lebih memahami tentang patofisiologi ikterus maka terlebih dahulu akan diuraikan tentang metabolisme bilirubin
a. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.




Diagram Metabolisme Bilirubin



ERITROSIT



HEMOGLOBIN



HEM

GLOBIN

BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK
( tidak larut dalam air )

Terjadi pada
Limpha, Makrofag


BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN ALBUMIN

Terjadi dalam
plasma darah

MELALUI HATI



BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN GLUKORONAT/ GULA RESIDU BILIRUBIN DIREK
( larut dalam air )
Hati


BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI KE KANDUNG EMPEDU




Melalui
Duktus Billiaris

KANDUNG EMPEDU KE DUODENUM


BILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE & FECES

b. Patofisiologi Hiperbilirubinemia

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

6. Komplikasi
Komplikasi dari hiperbilirubin dapat terjadi Kern Ikterus yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.Gambaran klinik dari kern ikterus adalah :
- Pada permulaan tidak jelas , yang tampak mata berputar-putar
- Letargi, lemas tidak mau menghisap.
- Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya epistotonus
- Bila bayi hidup, pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
- Dapat terjadi tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.

7. Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, danlain-lain.
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri. Tanpa mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus, hiperbilirubinemia yang cukup berarti memerlukan penilaian diagnostic lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung lekosit, golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan apusan darah tepi. Bilirubinemia indirek, retikulositosis dan sediaan apusan memperlihatkan petunjuk adanya hemolisis akibat nonimunologik. Jika terdapat hiperbilirunemia direk, adanya hepatitis, fibrosis kistis dan sepsis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin indirek normal, maka mungkin terdapat hiperbilirubinemia indirek fisiologis atau patologis.

Ikterus fisiologis.
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1 – 3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl /24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2 -3, biasanya mencapai puncak antara hari ke 2 – 4, dengan kadar 5 – 6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadar 5 – 6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari ke 5 – 7 kehidupan.

Hiperbilirubin patologis.
Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden kernikterus yang tinggi , berhubungan dengan kadar bilirubin serum yang lebih dari 18 – 20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan kernikterus pada kadar yanglebihrendah(10–15mg/dl) .

DiagnosisBanding
Ikterus yang timbul 24 jam pertama kehidupan mungkin akibat eritroblstosis foetalis, sepsis, rubella atau toksoplasmosis congenital. Ikterus yang timbul setelah hari ke 3 dan dalam minggu pertama, harus dipikirkan kemungkinan septicemia sebagai penyebabnya. Ikterus yang permulaannya timbul setelah minggu pertama kehidupan memberi petunjuk adanya septicemia, atresia kongental saluran empedu, hepatitis serum homolog, rubella, hepatitis herpetika, anemia hemolitik yang disebabkan oleh obat-obatan dan sebagainya.
Ikterus yang persisten selama bulan pertama kehidupan memberi petunjuk adanya apa yang dinamakan “inspissated bile syndrome”. Ikterus ini dapat dihubungkan dengan nutrisi parenteral total. Kadang bilirubin fisiologis dapat berlangsung berkepanjangan sampai beberapa minggu seperti pada bayi yang menderita penyakit hipotiroidisme atau stenosis pylorus.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sesuai dengan waktu timbulnya ikterus, yaitu :
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sbb:
• Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
• Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
• Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
• Kadar Bilirubin Serum berkala.
• Darah tepi lengkap (blood smear perifer ) untuk menunjukkan sel darah merah abnormal atau imatur, eritoblastosisi pada penyakit Rh atau sferosis pada inkompatibilitas ABO.
• Golongan darah ibu dan bayi untuk mengidentifikasi inkompeten ABO.
• Test Coombs pada tali pusat bayi baru lahir
Hasil positif test Coomb indirek membuktikan antibody Rh + anti A dan anti B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh+, anti A, anti B dari neonatus )
• Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.

b. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
• Biasanya Ikterus fisiologis.
• Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
• Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
• Polisetimia.
• Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan darah tepi.
• Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
• Pemeriksaan lain bila perlu.

c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
• Sepsis.
• Dehidrasi dan Asidosis.
• Defisiensi Enzim G6PD.
• Pengaruh obat-obat.
• Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
• Karena ikterus obstruktif.
• Hipotiroidisme
• Breast milk Jaundice.
• Infeksi.
• Hepatitis Neonatal.
• Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan darah tepi.
• Skrining Enzim G6PD.
• Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.

9. Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manajemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
 Menghilangkan Anemia
 Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
 Meningkatkan Badan Serum Albumin
 Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.

a. Fototherapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg%. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Cara kerja terapi sinar yaitu menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawaan tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air sehingga dapt dikeluarkan melalui urin dan faeces. Di samping itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin keluar bersama faeces. Dengan demikian kadar bilirubin akan menurun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian terapi sinar adalah :
1) Pemberian terapi sinar biasanya selama 100 jam.
2) Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam. Sebelum digunakan cek apakah lampu semuanya menyala. Tempelkan pada alat terapi sinar ,penggunaan yang keberapa pada bayi itu untuk mengetahui kapan mencapai 500 jam penggunaan.
3) Pasang label , kapan mulai dan kapan selesainya fototerapi.

Komplikasi fototerapi :
1) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan Insensible Water Loss (IWL) (penguapan cairan). Pada BBLR kehilangan cairan dapat meningkat 2-3kali lebih besar.
2) Frekuensi defikasi meningkat sebagai meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu dan meningkatnya peristaltik usus.
3) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar ( berupa kulit kemerahan)tetapi akan hilang setelah terapi selesai.
4) Gangguan retina bila mata tidak ditutup.
5) Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian lampu dimatikan,terapi diteruskan. Jika suhu terus naik lampu semua dimatikan sementara, bayi dikompres dingin dan diberikan ekstra minum.
6) Komplikasi pada gonad yang diduga menimbulkan kemandulan.
b.Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
 Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
 Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
 Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
 Tes Coombs Positif
 Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
 Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
 Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
 Bayi dengan Hidrops saat lahir.
 Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus

Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

c.Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

1. Pengkajian
a. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
b.Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang lemah, iritabilitas.
c. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
d. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia .
Analisa Data :
Data Subyektif Data Obyektif
1.Ibu mengatakan anak rewel, daya hisap lemah .
2. Ibu mengatakan merasa khawatir dan takut karena tidak bisa terus bersama- sama dengan bayinya. 1. Kulit dan sklera terlihat kuning
2. Bayi iritabel, letargi
3. Kadar bilirubin indirek lebih dari 12,5 mg% pada bayi cukup bulan dan pada bayi BBLR lebih dari 10 mg%
4. Kulit tampak kemerahan.
5. Frekuensi bab meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Risiko/ defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, serta peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
b. Risiko /gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi.
c. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
d. Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
f. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
g. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit, infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.
h. PK : Kern Ikterus

3. Rencana Asuhan Keperawatan .
a. Dx Keperawatan :
Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
1) Jumlah intake dan output seimbang
2) Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
3) Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
Intervensi & Rasional :
1) Kaji reflek hisap bayi ( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
2) Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat (R: menjamin keadekuatan intake )
3) Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces( R : mengetahui kecukupan intake )
4) Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam (R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi )
5) Timbang BB setiap hari (R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
b. Dx Perawatan :
Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam (R : suhu terpantau secara rutin )
2) Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres dingin serta ekstra minum ( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
3) Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi ( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari hipertermi ).

c. Diagnosa Keperawatan :
Risiko /Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria :
1) tidak terjadi decubitus
2) Kulit bersih dan lembab
Intervensi :
1) Kaji warna kulit tiap 8 jam (R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )
2) Ubah posisi setiap 2 jam (R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ).
3) Masase daerah yang menonjol (R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah tersebut ).
4) Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab ( R : mencegah lecet )
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan (R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )

d. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi :
1) Bawa bayi ke ibu untuk disusui ( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )
2) Buka tutup mata saat disusui (R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
3) Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya (R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
4) Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan ( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
5) Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya (R: mengurangi beban psikis orangtua)

e. Diagnosa Keperawatan :
Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
Tujuan :
Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif dalam perawatan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien ( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
2) Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya ( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
3) Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah (R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam erawat bayi)

f.Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury akibat fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :
1) Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya ( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
2) Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir (R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif 0
3) Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam (R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
4) Buka penutup mata setiap akan disusukan. ( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).
5) Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan ( R : memberi rasa aman pada bayi ).

g.Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
1) Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan (R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
2) Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan ( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).
3) Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan (R: mencegah aspirasi )
4) Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur ( R : mencegah hipotermi
5) Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar ( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan 0
6) Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan elektrolit, kejang
selama dan sesudah tranfusi (R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat melakukan tindakan lebih dini )
7) Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif (R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )

h. Dx perawatan :
PK Kern Ikterus
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda awal kern ikterus bisa dipantau
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda awal Kern Ikterus ( mata berputar, letargi , epistotonus, dll )
2) Kolaborasi dengan dokter bila ada tanda-tanda kern ikterus.

4. Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam perawatan bayi hiperbilirubinemia (Waley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
• Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
• Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak.
• Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
• Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
• Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet karena gesekan
• Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan .
• Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
• Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38  celsius)
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Imunisasi
10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
• letargi ( bayi sulit dibangunkan )
• demam ( suhu > 37  celsius)
• muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
• diare ( lebih dari 3 x)
• tidak ada nafsu makan.
11. Keamanan
• Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
• Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
 Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya.

Pembentukan Ggn Konjugasi Bilirubin Ggn transportasi Ggn ekskresi
Bilirubin↑ bilirubin bilirubin


HIPERBILIRUBINEMIA




Bilirubin Direk ↑ Terapi Bilirubin indirek ↑

Fototerapi Tranfusi tukar
Hepatomegali Penumpukan bilirubin dalam otak
IWL ↑ Pajanan sinar Pemisahan dgn ortu
Anoreksia Defikasi ↑ PK. Kern Ikterus

Intake nutrisi ↓ Risk/ Defisit vol. cairan Ggn parenting Kecemasan

Risti komplikasi

Risk Hipertermi Risk Ggn integritas kulit Risk Injury











Daftar pustaka

Suriadi, Yuliani,2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV Sagung Seto, Jakarta
Staf Pengajar FKUI, 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Infomedika;Jakarta

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit. EGC,Jakarta
Betz & Sowden,2000, Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. EGC ,Jakarta:
Wong and Whaley,. 1995 , Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby, Philadelphia

Drakeiron,2008, Info Iterus Neonatorumhttp://drakeiron.wordpress.com/2008/12/03/info-ikterus-neonatorum/ ( 5 Agustus 2010 )

Macam - Macam Refleks Bayi Baru Lahir


1.       Refleks Moro
 Jika bayi dikagetkan oleh suara keras, gerakan mendadak atau seperti memeluk bila ada  rangsangan, cahaya atau posisi secara mendadak, seluruhtubuhnya bereaksi dengan gerakan kaget , yaitu gerakan mengayunkan/merentangkan lengan dan kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan menariknya dengan cepat  ke arah dada dengan posisi tubuh meringkuk seperti berpegangan dengan erat, mendorong kepala ke belakang, membuka mata, dan mungkin menangis.
Terjadi pada usia 1-2 minggu dan akan menghilang ketika berusia 6 bulan
2.      Reflek Rooting
 Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda itu dan membuka mulutnya. Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu.
Refleks mengisap (sucking)
3.       Refleks Swallowing
 Muncul ketika benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut, seperti puting susu ibu dan bayi akan berusaha menghisap lalu menelan. Proses menelan ini yang disebut reflek swallowing.
Reflek ini tidak akan hilang
4.      Reflek Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
5.      Reflek Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
6.      Reflek Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat
7.      Refleks tonic neck
Ketika kedua tangan bayi diankat, bayi akan berusaha mengankat kepalanya Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek initerus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan  mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonickneck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk  mencapai gerak sadar.
8.      Refleks tonic Labyrinthine / labirin
Pada  posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkat tungkai bayi beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat, kemudian jatuh. Reflek ini akan hilang pada usia 6 bulan
9.              Refleks palmar grasping
 Bayi baru lahir menggenggam/merenggut jari ibu jika ibu menyentuh telapak tangannya. Genggaman tangan ini sangat kuat hingga ia bisa menopang seluruh berat badan jika ibu mengangkatnya dengan satu jari tergenggam dalam setiap tangannya. Gerakan refleks ini juga terdapat ditelapak kaki yang melengkung saat di sentuh. Gerakan refleks ini hilangs etelah beberapa bulan. Ia harus belajar menggenggam dengan sengaja.Menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan.Untuk gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan
10.  Refleks Crawling 
Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, iamembentuk posisi merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya
11.  Refleks Stepping (berjalan dan melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan. Jika tulang keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya seperti akan melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan hilang dan berbeda dengan gerakan berjalan normal, yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya.Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap sekitar 2 bulan
12.  Reflex Babinski
Jari-jari mencengkram/hiperekstensi ketika bagan bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan
13.   Refleks blinking
Jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan matanya
14.  Refleks yawning
Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanya kemudian disertai dengan tangisan
15.  Reflek Plantar 
Reflek ini juga disebut  reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan  menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari -jarikakinya akan melekuk secara erat 
16.  Reflek Swimming 
 Reflek ini ditunjukkan  pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisi air, ia akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang.Reflek ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek  ini berfungsi untuk  membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayiakan mulai mengayuh dan  menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko. Bayi akan menelan banyak air pada saat itu
17.  Reflek Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan. bayi merespon dengan mendorongnya keluar.
harus menghilang pada usia 4 bulan
18.  Reflek Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
19.  Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
20.   Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi
21.   Reflek batuk dan bersin :
reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan
22.  Reflek leher asimetrik tonik
Caranya  baringkan sekecil , lalu miringkan kekiri misalnya .
reaksi : tangan kiri bayi akan merentang lurus keluar dan tangan kanannya akan menekuk kearah kepala atau muka
23.  Reflek mempertahankan diri (breathing reflek):
menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang
fungsi : menyediakan O2 dan membuang O2

Saturday, April 14, 2012


STRATEGI PENDAHULUAN (SP) HARGA DIRI RENDAH

DEFINISI
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).

Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.
Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.
Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain – lain.
Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena orang lain.
Kepribadian yang sehat mempunyai konsep diri sebagai berikut :
Konsep diri posistif
Gambaran diri yang tepat dan positif
Ideal diri yang realistis
Harga diri yang tinggi
Penampilan diri yang memuaskan
Identitas yang jelas
FAKTOR PENYEBAB
Teori penyebab
Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan cerai, putus sekolah, Phk, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
HDR pada pasien yang dirawat disebabkan oleh :
Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis pemasangan kateter).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau sakit atau penyakitnya.
Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.
Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan malu anak belajar mengendalikan diri dan kepercayaan diri, sebabnya bila banyak dikendalikan dari luar maka akan timbul bibit keraguan dan rasa malu yang berlebihan.
Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah
Faktor Presipitasi
Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
Situasi transisi peran
Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.
Tanda dan Gejala
Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif tindakan.
Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai berikut :
Produktivitas menurun.
Mengukur diri sendiri dan orang lain.
Destructif pada orang lain.
Gangguan dalam berhubungan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
Pandangan hidup yang pesimis.
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan.
Penolakan terhadap kemampuan personal.
Destruktif terhadap diri sendiri.
Menolak diri secara sosial.
Penyalahgunaan obat.
Menarik diri dan realitas.
Khawatir.
Akibat harga diri rendah berkepanjangan (kronis).
Klien akan mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.
HDR kronis berlangsung lama tanpa adanya intervensi yang terapeutik dapat menyebabkan terjadinya kekacauan identitas dan akhirnya terjadi di personalisasi.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrogasikan aspek – aspek.
Identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikologi – psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan tidak realita dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat meredakan dirinya dengan orang lain.

Mekanisme koping individu
tidak efektif.
Masalah Keperawatan
Gangguan konsep diri : HDR
DS : - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri.
- Mengeluh tidak mampu dilakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan menyalahgunakan diri sendiri.
DO : - Kontak mata kurang, sering menunduk.
- Mudah marah dan tersinggung.
- Menarik diri.
- Menghindar dari orang lain.
2. Perubahan penampilan peran
DS : - Ungkapan peranannya saat ini yang tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DO : - Adanya keluhan fisik.
- Perubahan dalam tanggung jawab.
3. Kerusakan interaksi sosial sama dengan menarik diri.
DS : - Ungkapan yang terbatas pada ya atau tidak tahu.
DO : - Tidak adanya kontak mata, selalu menundukkan kepala.
- Berdiam diri di kamar, afek tumpul, menyendiri.
- Menolak diajak berbincang – bincang.
- Posisi tidur janin.
4. Keputusasaan
DS : - Mengungkapkan ketidakmampuan mengontrol dan mempengaruhi pikiran.
- Enggan mengekspresikan perasaan yang sebelumnya.
- Mengungkapkan keputusan.
- Mengatakan kata – kata pesimis.
- Menyatakan secara tidak ada cara untuk memproleh hubungan dengan orang lain.
DO : - Respon terhadap stimulasi terlambat / melambat.
- Kurang berenergi.
- Pasif tampak apatis.
- Lebih banyak tidur menarik diri.
- Marah.
Kerusakan komunikasi
DS : - Sukar dimengerti, bila klien tidak mau berkomunikasi.
- Mengungkapkan hal – hal yang tidak sesuai dengan non verbalnya.
DO :- Menolak berkomunikasi
- Berbicara dengan nada yang tidak jelas.
- Tampak mimik wajah tidak sesuai dengan verbal
Resiko tinggi intoleran aktivitas
DS : - Klien mengungkapkan menolak aktivitas
DO :- Pasif
- Tampak menyendiri / menghindar dari kegiatan yang ada orang lain.
- Tidak peduli dengan aktifitas hidup sehari – hari.
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : halusinasi
DS : - Klien mengatakan mendengar suara, melihat sesuatu, mengucap rasa, sesuatu, mencium bau yang nyata.
DO : - Klien berbicara, senyum – senyum, tertawa sendiri.
- Bersikap curiga dengan orang lain atau sekitar dan bermusuhan.
- Berbicara kacau, kadang – kadang tidak masuk akal.
- Tidak dapat membedakan hal – hal yang nyata dan tidak nyata.
Defisit perawatan diri
DS : - Klien mengatakan malas untuk beraktifitas mandi, makan ganti pakaian dll.
DO : - Pakaian kotor, penampilan tidak rapi.
- Rambut kusut, kotor, bau tidak sedap.
- Personal hygiene yang kurang.
- Makan tak mau / menolak.
- BAB / BAK tidak terkontrol.
Resiko perilaku pada diri sendiri, orang lain / lingkungan
DS : - Mengatakan mendengar suara yang negatif tentang orang lain, ancaman, ejekan.
DO : - Mudah tersinggung, jengkel, marah.
- Ekspresi wajah tegang.
- Memukul atau menyakiti orang lain.
Merusak lingkungan sekitar.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.
HDR berhubungan dengan mekanisme koping individu tidak efektif.
HDR berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
HDR berhubungan dengan ideal diri tidak realistis.
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.
Keputusan berhubungan dengan hdr.
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan HDR.
Resiko tinggi isolasi sosial berhubugan dengan HDR.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan menarik diri.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleran aktifitas.
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.
Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain akan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

Rencana Keperawatan
Diagnosa : Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.
Tujuan umum : Klien dapat melanjutkan peran berhubungan dengan tanggung jawab.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dapat digunakan.
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Klien dapat menerapkan (merencanakan) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Klien dapat meciptakan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan cara selain terapoutik.
Bicara dengan jujur, singkat, jelas, mudah di mengerti.
Dengarkan pernyataan klien yang empati tentang halusinasi tanpa menentang atau menyetujui.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita.
Sediakan waktu untuk mendengarkan.
Katakan pada klien bahwa klien adalah orang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dapat dimuat dan bagian tubuh mana yang masih berfungsi dengan baik. Kemampuan yang dimiliki oleh klien, aspek positif yang dialami oleh klien. Jika klien tidak mampu mengungkapkan maka dimulai dengan perawat memberikan rein forcement terhadap aspek positif klien.
Setiap bertemu klien tindakan memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistic.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya penampilan klien dalam “self care” latihan fisik dan ambulasi serta aspek – aspek.
Diskusikan dalam kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit pasien.
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai dengan kemampuan kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagai bantuan total.
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang lebih dilakukan klien.
Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Beri pujian atas kebersihan klien.
Diskusikan kemungkinan penatalaksanaan rumah.
6.1 Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara merawat klien dengan HDR.
6.2 Bantu dengan keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
Rasional
Membina hubungan perawat – klien setiap akan melakukan tindakan merupakan langkah awal yang penting sehingga klien mempercayai perawat sehingga berinteraksi dengan perawat. Sikap jujur bersahabat akan menimbulkan kepercayaan kepada klien sehingga memudahkan untuk berkomunikasi.
Mengetahui persepsi klien terhadap kondisinya.
Klien merasa dihargai karena ada orang yang mau mendengarkannya bicara.
Dengan memberikan rewards, maka harga diri klien akan meningkat sehingga timbul perasaan berharga dan meningkatkan percaya diri.
Menggali kemampuan positif klien kemudian ditonjolkan sehingga klien merasa hidupnya berarti. Dengan memberikan reinforemen klien akan menyadari bahwa dirinya mempunyai kelebihan seperti orang lain.
Penilaian negatif akan menambah klien merasa rendah diri / HDR dengan menunjukkan kemampuan klien / membuat klien beraktifitas akan menambah perasaan berguna bagi klien sehingga akan meningkatkan harga diri.
Dapat di ketahui kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan mulai dilatih aktivitas yang dibantu sehingga klien dapat melakukannya secara mandiri, memberikan contoh kegiatan yang di dapat dilakukan klien kelak takut melakukan aktivitas tersebut.
Membuat kesempatan pada klien untuk menunjukkan kemampuan dan memberikan pujiannya akan meningkatkan harga diri klien.
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawancara keluarga tentang cara merawat klien, keluarga merupakan faktor penting dalam penanggulangan masalah, keluarga juga merupakan lingkungan pertama sebelum ke masyarakat.
Hasil yang diharapkan.
Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita.
Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik , internal, sistem pendukung).
Klien berperan serta dalam perawatan di derita.
Percaya diri klien meningkat dengan menerapkan keinginan atau tujuan yang realistis.
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke - 1 (pertama)
Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, malu bertemu orang lain, melamun.
Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.
Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki.
Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya.
Diskusikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki klien.
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.
Utamakan memberi nilai yang realitas.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik.
- Selamat pagi mas ?
 4 minggu.- Perkenalkan nama saya Jepi dari AKPER Ngudi Waluyo Ungaran, saya dinas disini
- Nama mas siapa ? mas suka dipanggil siapa ?
Evaluasi / validasi
- Bagaimana perasaan mas kali ini ?
- Apa yang menyebabkan mas masuk / dirawat di RSJ Magelang ini !
Kontrak
- Topik : Bagimana kalau kita bincang – bincang sebentar tentang hal – hal positif yang bisa mas lakukan sehari – hari ?
- Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ?gimana kalu waktunya 10 menit saja ?
- Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?
Kerja
Apa yang menyebabkan mas dari tadi kelihatan melamun dan terus menyendiri, memandang ke bawah terus ?
Kegiatan apa yang masa lakukan sehari – hari ?
Bagus ternyata mas mempunyai suatu keahlian yang tidak semua orang bisa ?
Terminasi
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang saat ini ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan kembali yang menyebabkan mas selalu merendahkan diri & tidak mau bicara ?
Rencana tindak lanjut
Baiklah, sekarang mas coba ingat kembali hal lain yang dapat menyebabkan mas tidak mau bicara dengan orang lain, kok mas selalu merendah & sebutkan kegiatan positif yang mas miliki.
Kontrak
Topik : mas ingin tahu tidak, bagaimana cara menilai kemampuan yang mas miliki yang dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya. Bagaimana kalu nanti kita bicara ?
Tempat : mas nanti minta kita bincang – bincang dimana ?
Bagaimana kalau kita di ruang makan mas ?
Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang aja mas?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 2 (Kedua)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Pasien murung, sering tiduran di kamar, jarang bicara sama orang lain.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan keperawatan
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
Utamakan memberi pujian yang realistis.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan saya ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini
Mas masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemasin ?
Kontrak
Kita kemarin sudah kontrak, bahwa hari ini kita akan berbincang – bincang tentang bagaimana mas dapat menilai kemampuan yang mas miliki ?
Mas ingin kita bincang – bincang berapa lama ?
Mau dimana mas tempatnya ? Oh ya kemarin kita sudah sepakat kita bincang – bincang di ruang makan selama 10 menit ya mas ? mas mau kan ?
Kerja
Selama mas disini kegiatan apa saja yang mas lakukan.
Sebelum mas disini, mas pernah punya ketrampilan ? bisa mas sebutkan ketrampilan yang pernah mas miliki tersebut ?
Mas pernah mendapatkan penghargaan tentang ketrampilan yang mas miliki ini ?
Mas bisa memanfaatkannya kembali ?
Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas saat ini setelah kita bincang – bincang banyak tentang kegiatan yang mas miliki tadi ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan lagi kegiatan apa saja tadi yang mas miliki ?
Rencana tindak lanjut
Mas masih ingat dengan topik yang kita bicarakan tadi ? untuk pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan tentang bagaimana merencanakan kagiatan sesuai dengan kemampuan yang mas miliki, mas mau kan ?
Kontrak
Untuk pertemuan besok kita akan berbincang – bincang tentang merencanakan kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang mas miliki, mas mau kita berbincang – bincang dimana ? Gimana kalau waktunya pagi jam 09.00 aja masnya setuju kan ?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 3 (Ketiga)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Klien sudah mau berkumpul sama teman – temannya.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Pasien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tindakan keperawatan
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
Kegiatan mandiri.
Kegiatan dengan bantuan sebagian.
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas, mas masih ingat nama saya mas ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana mas apa masih ingat tentang pembicaraan kita kemarin mas?
Kontrak
Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan membicarakan & membahas tentang rencana yang akan kita lakukan mas ?
Waktu : jam berapa mas, kita akan berbincang – bincang lagi mas ? berapa lama mas ?
Tempat : mau di tempat ini atu mau bincang – bincang dimana mas?
Kerja
Pada pertemuan pertama mas menyatakan bisa memotong rambut, lalu kemampuan tersebut dapat mas lakukan disini maupun setelah mas pulang dari sini, mas bisa mengekspresikan perasaan mas dengan momotong rambut temannya. Dengan memotong rambut perasaan mas agak terhibur. Dan nanti kalau mas sudah pulang mas bisa membuka salon dan mas bisa mempunyai penghasilan sendiri dari hasil memotong rambut.
Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan kemampuan apa yang bisa dilakukan mas ?
Rencana tindak lanjut
Bagaimana perasaan mas setelah kita membicarakan topik ini sekarang bandingkan perasaan mas sebelum dan sesudah berbincang – bincang.
Kontrak yang akan datang
Topik : untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan selama mas sakit, mas setuju tidak ?
Waktu : jam berapa mas kita nanti bisa berbincang – bincang lagi ? mau berapa lama ?
Tempat : dimana mas kita nanti mau berbincang – bincang ? mas mau ditempat mana ?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 4 (Keempat)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Tampak tenang, sudah mengobrol sama temannya, walau kadang masih suka menyendiri.
Diagnosa keperawatan
Isolasi : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Tindakan keperawatan
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Beri pujian atas keberhasilan klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan nama saya ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas saat ini, apakah lebih baik dari hari kemarin.
Kontrak
Topik : bagaimana kalau kita kali ini membicarakan tentang kegiatan yang sesuai dengan kondisi & kemampuan mas yang dapat dilakukan saat ini ?
Tempat : mas mau dimana, apakah mau ditempat ini lagi?
Waktu : jam berapa mas bisa bincang – bincang lagi ? mas mau berapa lama ?
Kerja
Coba sekarang mas melakukan kegiatan yang telah kita bicarakan kemarin. Bagus kali ini mas dapat melaksanakannya kalau mas bisa berhasil. Mas bisa melaksanakannya dirumah, bagaimana mas setuju ?
Terminasi
Evaluasi subyektif
Coba mas ungkapkan perasaan mas saat ini bagaimana setelah kita bincang – bincang ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan lagi kegiatan – kegiatan apa yang telah kita rencanakan tadi ?
Rencana tindak lanjut
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang kali ini coba nanti mas ingat – ingat lagi, tentang apa yang telah kita bicarakan tadi .
Kontrak
Topik : mas mau tahu tidak, bagaimana cara memanfaatkan sistem pendukung yang ada, kalau mau nanti kita bisa bincang – bincang.
Waktu : jam berapa mas mau bincang – bincang dengan saya ? mau berapa lama ?
Tempat : mas mau mau ditempat ini atau ruang tamu saja ?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 5 (Kelima)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Klien sudah bersosialisasi dengan teman yang lain, tampak ceria, jika ketemu orang klien memberi senyum.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan
Beri tahu pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? masih ingat dengan saya mas ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas pagi ini ?
Apakah saran – saran yang saya berikan sudah mas kerjakan ?
Kontrak
Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan berbincang – bincang tentang sistem pendukung yang ada dalam keluarga mas ?
Waktu : jam berapa mas kita akan bincang – bincang ?
Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?
Kerja
Coba ceritakan pada saya tentang saran – saran saya yang sudah mas lakukan.
Apakah keluarga mas sering menjenguk mas disini ?
Apa yang sering dibicarakan mas dengan keluarga mas ?
Terminasi
Evaluasi subyektif
Setelah berbincang – bincang beberapa pertemuan, bagaimana perasaan mas pagi ini ?
Evaluasi obyektif
Coba ceritakan pada saya bagaimana dengan saran yang mas lakukan ?
Rencana tindak lanjut
Coba mas ceritakan perasaan mas setelah sering dijenguk keluarga.
Kontrak yang akan datang
Topik : Bagus, mas sudah bisa melaksanakan saran saya sekarang sudah dapat berkumpul dengan keluarga, mas sudah bagus dan berhasil.

Friday, April 13, 2012



Satuan Acara penyuluhan (SAP) Alat-Alat Kontrasepsi



Topik                                  : Alat-Alat Kontrasepsi
Sasaran                              : Pasangan Usia Subur
Hari/Tanggal                        : Kamis, 18 Februari 2010
Tempat                               : Aula PAUD Sekar Wangi
Waktu                                : 30 menit
I.        Analisa Situasi
1.    Peserta
Jumlah peserta 30 orang, umur rata-rata 18-45 tahun, peserta telah memiliki pengetahuan tentang :
a.    Alat-alat kontrasepsi yang digunakan.
b.    Fungsi alat-alat kontrasepsi
2.    Pengajar
Fasilitator adalah mahasiswa STIKES Mataram
II.      Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang alat-alat kontrasepsi ibu – ibu WUS anggota kelompok BKB diharapkan memahami tentang alat-alat kontrasepsi dan mempertimbangkannya sebelum mengambil keputusan alat kontrasepsi apa yang akan dipakai.
III.    Tujuan Instruksional Khusus
1.    Peserta mampu menyebutkan macam-macam alat kontrasepsi.
2.    Peserta mampu menjelaskan efek samping alat-alat kontrasepsi.
3.    Peserta mampu menjelaskan kontraindikasi pemakaian alat-alat kontrasepsi.
4.    Peserta mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan alat-alat kontrasepsi.

IV.     Materi Pembelajaran (terlampir)
1.    Macam-macam alat kontrasepsi dan penggunaannya.
2.    Efek samping alat-alat kontrasepsi.
3.    Kontraindikasi pemakaian alat-alat kontrasepsi.
4.    Kelebihan dan kekurangan alat-alat kontrasepsi.
V.       Kegiatan
Waktu
Kegiatan Perawat
Kegiatan Peserta
3 menit
1.    Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2.    Menjelaskan latar belakang diberikannya penyuluhan.
1.    Membalas salam

2.    Mendengarkan penjelasan
15 menit
1.    Menjelaskan Macam-macam alat kontrasepsi dan penggunaannya.
2.    Menjelaskan efek samping alat kontrasepsi.
3.    Menjelaskan kontraindikasi pemakaian alat kontrasepsi.
4.    Menjelaskan kelebihan dan kekurangan alat kontrasesi.
5.    Diskusi / Tanya jawab
1.    Mendengarkan penjelasan

2.    Mendengarkan penjelasan.
3.    Mendengarkan penjelasan.
4.    Mendengarkan penjelasan.
5.    Memberikan pertanyaan.
10 menit
1.    Meminta peserta untuk menyebutkan macam-ma cam alat kontrasepsi.
2.    Meminta peserta untuk menjelaskan efek samping alat kontrasepsi.
3.    Meminta klien menjelaskan kontraindikasi pemakaian alat kontrasepsi.
4.    Meminta klien menjelaskan kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi.
1.    Menyebutkan macam-macam alat kontrasepsi.

2.    Menjelaskan efek samping alat kontrasepsi.
3.    Menjelaskan kontraindikasi pemakaian kontrasepsi.
4.    Menjelaskan kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi.
2 menit
1.    Menyampaikan kesimpulan dan menyarankan PUS untuk mempertimbangkan penggunaan alat kontrasepsi.
2.    Mengucakan salam penutup.
1.    Mendengarkan penjelasan.



2.    Membalas salam.

VI.     Metode
1.    Ceramah
2.    Diskusi


VII.   Alat Bantu dan Media
1.    Leaflet
VIII.Evaluasi
Sesuai indikator, peserta diminta untuk :
1.    Menyebutkan macam-macam alat kontrasepsi.
2.    Menjelaskan efek samping alat kontrasepsi.

Standar Evaluasi :
1.    Peserta dapat menyebutkan minimal 2 macam-macam alat kontrasepsi.
2.    Peserta mampu menjelaskan minimal 2 efek samping masing-masing alat kontrasepsi.

Materi                                 
*       Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi vertilitas.
*       Macam-macam alat kontrasepsi
1.    AKDR
a.    Pengertian
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kecil yang terdiri dari rangka plastik yang lentur dengan dililiti kawat tembaga dan benang yang dipasang didalam rahim.
Adapun cara kerja AKDR adalah :
§  Menghambat kemampuan spermatozoa untuk masuk kedalam saluran tuba.
§  Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
§  Mencegah sperma dan ovum bertemu.
§  Memungkinkan mencegah inplantasi ovum keuterus.
b.    Efek samping
§  Sebagian besar efek samping tidak berbahaya (bukan tanda-tanda penyakit, akan tetapi tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan.
§  Setelah pemasangan dapat terjadi kram.
§  Terdapat flek dalam beberapa minggu.
§  Haid lebih lama dan lebih banyak.
§  Bercak atau flek diantara masa haid.
§  Terjadi kram atau nyeri selama haid.
§  Sekret vagina lebih banyak.
c.    Kontraindikasi
§  Kemungkinan hamil.
§  Baru saja melahirkan (2 – 28 hari pasca persalinan).
§  Mestruasi yang tak biasa.
§  Memiliki resiko IMS (termasuk HIV).
§  Inveksi atau masalah dengan organ kewanitaan seperti penyakit radang panggul dalam 3 bulan terakhir, inveksi setelah melahirkan atau keguguran, dan kanker pada organ kewanitaan.
§  Diketahui menderita TBC pelvic.
§  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

d.    Kelebihan dan kekurangan
1)    Kelebihan
§  Praktis dan ekonomis.
§  AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
§  Kesuburan segera kembali jika AKDR dibuka.
§  Tidak harus mengingat
§  Tidak mempengaruhi produksi ASI
§  Tidak mempengaruhi hubungan seksual
§  Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
§  Tidak ada interaksi dengan obat-obat
§  Membantu mencegah kehamilan ektopik
2)    Kekurangan
§  Tidak mencegah IMS
§  Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
§  Prosedur medis, termasuk pemeriksaan panggul dilakuka diperlukan sebelum memasang AKDR.
§  Sedikit nyeri dan perdarahan seteah pemasangan.
§  Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
§  Kadang AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui.
§  Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu kewaktu, sebagian ibu tidak mau melakukan karena ini harus dengan ibu memasukkan jarinya kedalam vagina.
2.    Pil kombinasi
a.    Pengertian
Pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron (pil kombinasi) atau progesteron saja yang diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari.
Adapun cara kerjanya adalah :
§  Menekan ovulasi
§  Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
§  Mencegah inflantasi sel telur.
§  Pergerakan tuba terganggu sehingga perjalanan sel telur terganggu pula.
b.    Efek samping
§  Dapat terjadi bercak-bercak darah diantara masa haid pada pemakaian tiga bulan pertama.
§  Amenore
§  Pusing, mual pada minggu pemakaian.
§  Air susu berkurang untuk yang menggunakan pil kombinasi
§  Perubahan berat badan
§  Flek hitam pada muka
c.    Kontraindikasi
§  Hamil atau dicurigai hamil
§  Tidak diminum bagi mereka yang menderita penyakit hati, tumor, jantung, varises, darah tinggi lebih dari 180/110 mmHg, kanker payudara, perokok dengan usia lebih dari 35 tahun, stroke, kencing manis lebih dari 20 tahun, gangguan pembekuan darah.
§  Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
§  Migren atau sakit kepala sebelah.
d.    Kelebihan dan kekurangan
1)    Kelebihan
§  Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan
§  Mengurangi rasa kejang atau nyeri perut saat haid.
§  Terlindung dari penyakit radang panggul dan kehamilan ektopik.
§  Mudah menggunakannya dan dihentikan setiap saat.
§  Siklus haid jadi teratur
§  Mengurangi esiko kanker ovarium
§  Cocok digunakan untuk menunda kehamilan bagi pasangan muda
§  Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh pil yang hanya mengandung progesteon.
2)    Kekurangan
§  Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari
§  Dapat mengurangi produksi ASI untuk pil kombinasi
§  Tidak dapat mencegah IMS, HIV
3.    Suntikan
a.    Pengertian
Obat suntik yang berisi progesteron yang disuntikkan setiap 2 atau 3 bulan, atau hormon estrogen dan progesteron yang disuntikkan setiap 1 bulan (suntikan kombinasi) pada otot panggul atau lengan atas.
Adapun cara kerjanya adalah :
§  Menekan ovulasi
§  Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
§  Menipiskan endometrium atau selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan.
§  Menghambat transportasi sel telur yang telah dibuahi oleh tuba.
b.    Efek samping
§  Pusing, mual.
§  Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama
§  Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi
§  Perubahan berat badan
c.    Kontraindikasi
§  Hamil atau dicurigai hamil
§  Riwayat kanker payudara
§  Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
§  Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing manis.
§  Sedang menyusui atau kurang dari 6 mnggu setelah melahirkan.
§  Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala.
§  Wanita usia lebih dari 35 tahun yang merokok.
d.    Kelebihan dan kekurangan
1)    Kelebihan
§  Aman, efek samping kecil.
§  Tidak mempengruhi ASI
§  Tidak berpengruh pada hubungan suami istri
§  Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid.
§  Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista, ovarum, kehamilan ektopik, dan melindungi dari penakit radang panggul
2)    Kekurangan
§  Kembalinya kesuburan agak terlambat (4-6 bulan)
§  Harus kembali ketempat pelayanan
§  Tidak dapat mencegah IMS, HIV
§  Efek samping serius dapat timbul seperti serangan jantung, stroke, tumor hati, pembekuan darah pada paru dan otak.
4.    AKBK
a.    Pengertian
AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) atau sering disebuut implant merupakan satu, dua atau 6 batang silastik yang berisi hormon progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan atas. Implant satu dan dua batang dapat digunakan selama 3 tahun sedangkan yang 6 batang digunakan selama 5 tahun.
Adapun cara kerjanya adalah :
§  Menekan ovulasi
§  Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
§  Mengganggu proses pembentukan lapisan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
b.    Efek samping
§  Perdarahan bercak ringan
§  Amenore
§  Ekspulsi (lepasnya batang implant dari tempat pemasangan)
§  Infeksi pada daerah pemasangan
§  Perubahan berat badan
c.    Kontraindikasi
§  Hamil atau dicurigai hamil
§  Ibu yang sedang menyusui.
§  Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
§  Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
§  Penyakit mioma uteri
§  Penyakit dengan gangguan toleransi glukosa
§  Penyakit hati, stroke, jantung, yang menggunakan obat untuk epilepsi atau TBC.
d.    Kelebihan dan kekurangan
1)    Kelebihan
§  Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan
§  Praktis efektif dan daya guna tinggi
§  Masa pakai janga panjang
§  Bebas dari pengaruh estrogen
§  Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
§  Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
§  Mengurangi dan memperbaiki anemia
§  Melindungi terjadinya kanker endometrium
§  Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
§  Melindungi dari beberapa penyebab penyebab penyakit radang panggul.
§  Produksi ASI tidak dipengaruhi
2)    Kekurangan
§  Perubahan pola haid meningkatnya jumlah darah haid atau tidak haid.
§  Timbul keluhan seperti nyeri kepala
§  Berat badan naik, pusing, mual
§  Perubahan perasaan
§  Membutuhkan tindakan bedah minor untuk pemasangan dan pencabutan.
§  Tidak melindungi terhadap IMS dan HIV
§  Efektifitas menurun bila menggunakan obat-obat TBC atau obat epilepsi.
5.    Kondom
a.    Pengertian
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari lateks (karet) atau plastik (vinil), yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Adapun cara kerjanya adalah :
§  Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
§  Mencegah penularan mikoroorganisme dari satu pasangan ke pasangan yang lain..
b.    Efek samping
§  Alergi terhadap lateks atau pelumas atau permisida yang dipakai atau ada di kondom.
§  Kondom rusak atau diperkirakan bocor.
§  Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
§  Mengurangi kenikmatan seksual.
c.    Kelebihan dan kekurangan
1)    Kelebihan
§  Efektif bila digunakan secara benar dan konsisten.
§  Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
§  Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
§  Memberi dorongan suami untuk ikut ber-KB.
§  Dapat mencegah penularan IMS.
§  Mencegah ejakulasi dini.
§  Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik pada serviks).
§  Tidak mengganggu poduksi ASI.
§  Tidak mengganggu kesehatan klien.
§  Saling interaksi sesama pasangan.
§  Murah dan dapat dibeli secara umum.
§  Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
§  Sebagai terapi infertilitas.
2)    Kekurangan
§  Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
§  Mengurangi sensitivitas seksual.
§  Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
§  Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
§  Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
§  Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.